Membeli Modem 4G

Kemarin saya membeli modem 4G bermerek ZTE MF823 [1]. Sebelumnya saya pernah mencoba modem 4G punya teman, Huawei E3372, tapi belum terlalu yakin mau pindah ke koneksi 4G/LTE, walaupun yang saya rasakan saat memakainya memang menggoda sekali. Cepat dan terkesan stabil. Selain karena teknologi, juga karena kemungkinan penggunanya belum banyak lebih sedikit dibanding 3G.

Berikut beberapa alasan saya mengapa akhirnya melakukan investasi pembelian modem 4G/LTE dan memakai koneksi 4G only.

  • Kebutuhan koneksi yang stabil, kalau bisa cepat. Koneksi 3G [2] di area rumah saya mulai melambat, tadinya cukup cepat dan dapat diandalkan. Saya memakainya sejak kembali dari Bandung, jadi sekitar 8 bulanan.
  • Sinyal terdeteksi di laptop hanya satu strip dan sepertinya penuh, indikasinya susah terhubung dan kalau terhubung kadang/sering putus. Indikasi lainnya adalah modem sering unplugged ketika dihubungkan ke TL-MR3020 [3]. Mungkin bisa panas karena harus nggenjot koneksi yang terbatas dan penuh.
  • Promo kuota yang besar dari operator untuk koneksi 4G, saya sebenarnya sudah mendambakan ini sejak 8 bulan yang lalu. :D

Seperti biasa saya melakukan survei dulu, dan hal ini memakan waktu cukup lama. Maaf, ini kebiasaan saya. Jangan protes ya. Pertama, saya nyari modem Huawei E3372, ternyata sudah jarang dan bahkan langka. Saya sudah mencarinya di tokopedia, bukalapak, dan lain-lain. Saya kemudian kepincut sama Cyborg E488 berlogo operator (tidak ada konektor antena eksternal), setelah baca sana-sini dan melihat ketersediaan barang, ketemu modem ini di sebuah toko A, dan tokonya ternyata ada di kota saya. Saya datangi toko tersebut dengan membawa serta kartu SIM dan TL-MR3020. Saya ingin pastikan si TL-MR3020 mendukung modem.

Harga Cyborg E488 360 ribu rupiah. Setelah dicoba pasang kartu SIM ternyata susah, “rumah” kartu malah tertinggal di slot modem. Saran dari mas toko, jangan beli ini dulu karena setelah konsultasi dengan teknisi memang modem ini bermasalah dengan masuk dan keluarnya kartu SIM di slotnya. Untungnya, si mas mengganti “rumah” kartu SIM saya. Saya sendiri agak bersedih. #lebay

Saya pikir mau ke mana lagi ya. Modem apa lagi yang bisa jadi pegangan. Akhirnya saya jalan menuju toko B, dan ternyata di sana ada Huawei E3372. Hanyasanya harganya lumayan, 540 ribu rupiah. Pikir-pikir dulu deh. Saya mending jalan dulu nyari, kemudian kalau tidak ada atau pilihan terbaik dari sisi kualitas-harga lebih baik beli modem itu ya saya akan balik lagi.

Saya kemudian ke toko C, dan di sana tersedia ZTE MF823 dengan harga 380 ribu. Saya sudah punya bayangan sebelumnya, kalau tidak Huawei ya ZTE, keduanya memiliki konektor antena eksternal, kalau tidak ada ya Cyborg tadi. Demikianlah urutan prioritasnya. Ketika tahu modem yang tersedia ZTE, saya cukup kaget, tidak menyangka ada modem ini di toko C. Stoknya juga cukup banyak. Akhirnya saya minta coba dengan TL-MR3020 dan bisa. Langsung saya beli, bismillah. Harga juga cocok lho. Alhamdulillah.

Bulan ini saya menurunkan paket Internet saya ke harga 99 ribu (kuota 3G 4 GB dan 4G 20 GB), awalnya 199 ribu (kuota 3G 12 GB dan 4G unlimited) walaupun bulan kemarin dapat harga 149 ribu untuk paket yang sama karena sedang promo. Jadi ketebak kan operatornya. Saya set modem ke mode 4G only supaya yang terambil kuotanya yang 4G dulu. Alhamdulillah. Hmm, dalam waktu 4 bulan insya Allah balik modal, kalau diselisihkan dengan paket yang biasa dibeli, hehe.

[1] Senengane kok cerita yen tuku-tuku!
[2] Saya pindah operator.
[3] Sudah lama juga barang ini, 4 tahun. Alhamdulillah.

9 thoughts on “Membeli Modem 4G

Leave a reply to za Cancel reply